Arti Kehadiran Lumix GH6 Bagi Micro Four Thirds

Bisakah Lumix GH6 menggairahkan kembali pasar sensor Micro Four Thirds?

Panasonic baru saja merilis Lumix GH5 Mark II, dan mereka juga membocorkan jika di akhir tahun nanti sebuah kamera Micro Four Thirds akan kembali diluncurkan, yakni Lumix GH6.

Lalu apakah kehadiran Lumix GH6 itu akan kembali menggairahkan kembali pasar kamera Micro Four Thirds?

Kamera mirrorless telah eksis di dunia selama lebih dari satu dekade, dengan semua inovasi canggih terbaru dan rilisan produsen ternama meramaikan pasaran. Saking banyaknya berbagai produk mirrorless di pasaran kini, pasar DSLR hampir saja 'punah', dan bisa terlihat jika masa depan adalah milik mirrorless.

Meski begitu, pasar mirrorless sendiri baru-baru ini terobsesi dengan sensor full-frame, mengorbankan salah satu nilai jual utama dari kamera mirrorless. Bentuknya yang lebih ringkas kini telah hilang karena produsen (mungkin dapat dimengerti) mempromosikan kualitas gambar yang lebih tinggi daripada portabilitas kamera tersebut.

Oleh karena itu, pengumuman dari Panasonic soal pengembangan Lumix GH6 baru-baru ini terasa seperti momen yang tidak biasa untuk melanjutkan dengan format Micro Four Thirds. Apalagi gempuran dari kamera mirrorless yang membuat sensor jenis lainnya  agak 'terkepung', dan pengumuman soal kamera Micro Four Thirds pun jarang terdengar akhir-akhir ini.

Di awal kelahiran mirrorless, Panasonic merupakan pelopor sensor Micro Four Thirds dengan kamera Lumix G1 yang dirilis pada bulan Oktober 2008. Hal itulah yang memulai revolusi dalam teknologi kamera yang berlanjut hingga hari ini. 


Perpaduan portabilitas dan kualitas gambar

Saat itu, Micro Four Thirds sedang digembar-gemborkan sebagai perpaduan sempurna antara portabilitas dan kualitas gambar. Sensornya mungkin tidak sebesar full-frame, tetapi tentunya lebih besar dari apa pun yang bisa ditemukan pada kamera saku dan memungkinkan membawanya dalam tas yang relatif kecil. Tak lama dari peluncuran Lumix G1, Olympus meluncurkan lini kameranya sendiri menggunakan sensor dan dudukan Micro Four Thirds yang sama. 

 

Setelah meluncur, tidak butuh waktu lama bagi perusahaan lain untuk mengambil tindakan dan menyatakan bahwa sensor Four Thirds terlalu kecil. Bagaimanapun, perusahaan-perusahaan itu mengklaim bahwa sensor lebih besar sama dengan lebih baik. Kemudian Sony pun memperkenalkan model NEX dengan format APS-C hanya beberapa tahun kemudian pada tahun 2010.

Selama beberapa tahun kemudian, kita menyaksikan pertarungan antara Micro Four Thirds dan APS-C, sementara merek kamera terbesar dan paling dikenal seperti Nikon dan Canon mengabaikannya. Kedua merek tersebut tetap berpegang teguh pada DSLR, mengklaim jika APS-C pun terlalu kecil. Hingga di tahun 2013 model mirrorless full-frame pertama diperkenalkan oleh Sony dalam bentuk A7 dan A7R. 

Sejak saat itu lah pasar mirrorless mengguncang, dan meskipun selama beberapa tahun masih ada banyak opsi Micro Four Thirds, belakangan ini pengumuman terkait produk terbaru dalam format ini tidak ada dan seakan menghilang dari eksistensinya.

Sekarang, semua pemain utama dalam bisnis kamera, termasuk penolak mirrorless (Nikon dan Canon) telah merilis model mirrorless full-frame dengan cepat. Bahkan pelopor Micro Four Thirds, Panasonic, akhirnya menyerah dan menambahkan lini full-frame mereka di tahun 2018 yang dijuluki seri S. Hal itu sontak membuat Olympus kelimpungan hingga membuat perusahaannya terjual dan membuat kita semua berpikir jika kamera Micro Four Thirds akan menjadi kenangan.

 

Baca juga:

Lumix GH6 Jadi Kamera Video Flagship dari Seri Lumix G. Kapan Dirilis?

Menghitung Hari Perilisan Kamera Video Paling Inovatif Yaitu Lumix GH6

Lumix GH5 Mark II Resmi Meluncur, GH6 Menyusul

 

Pada saat yang sama, pasar juga menghadapi tekanan yang meningkat dari industri smartphone, yang telah memproduksi ponsel pintar yang dilengapi dengan fitur kamera yang lebih luar biasa selama 10 tahun terakhir. Dengan smartphone di satu sisi dan model mirrorless full-frame di sisi lain, Micro Four Thirds telah terjebak dalam ketidakpastian selama beberapa waktu. Mungkin, sensor ini tidak menawarkan portabilitas layaknya ponsel pintar, dan hampir pasti jika kita tidak akan pernah bisa memasukkan kamera GH Panasonic ke dalam saku. Tetapi ponsel pintar tentu punya keterbatasan atas kemampuan resolusi tinggi yang tajam dan cahaya super redup dari para pesaing dari kamera full-frame.


Sahabat Videografer

Meskipun demikian, lini GH dari Panasonic selalu sedikit menonjol karena sangat disukai oleh para pembuat film dan pembuat konten video lainnya. Contohnya seperti GH5 yang menjadi kamera andalan utnuk para pembuat film selama beberapa waktu setelah meluncur sejak 2017 lalu. Namun dengan Panasonic yang selalu meluncurkan kamera full-frame seri S-nya ke pasaran, banyak yang berpikir jika seri GH juga telah mati.

 


Itu terjadi sampai adanya pengumuman yang terkonfirmasi dari rumor lama bahwa Lumix GH6 sedang dalam pengembangan, bersama dengan pengumuman dari Lumix GH5 Mark II (yang memiliki badan yang sebagian besar sama dengan GH5), tetapi sekarang dengan kemampuan streaming tambahan. Kita mungkin belum mengetahui banyak hal spesifik tentang spesifikasi Lumix GH6, tetapi yang pasti kamera itu akan menampilkan sensor dan prosesor berkecepatan tinggi, dan akan memasuki pasar sebelum akhir tahun. 

Bahkan kabarnya Lumix GH6 akan mampu merekam video 5,7K / 60p, dan video 4: 2: 2 10-bit Cinema 4K / 60p secara internal. Meskipun itu tidak dapat dibandingkan dengan 8K dari beberapa model full-frame, ini akan menempatkan Lumix GH6 dalam posisi yang baik untuk bersaing dengan Sony A7S III. Dan yang terpenting, adalah harga yang lebih terjangkau daripada mayoritas full- yang menguasai pasar.

Pada titik harga maksimal US$2500 (Rp35,7 juta), Lumix GH6 harus menunjukan kemampuan yang dimilikinya kepada para pengguna dengan anggaran terbatas tetapi konten berkualitas sangat baik menjadi priotitas mereka. Hal ini juga tampaknya menjadi sesuatu yang telah dilupakan oleh banyak pabrikan kamera, yang nampaknya terobsesi dengan menambahkan banyak fitur kelas atas sebagai spesifikasi kamera namun hanya untuk tujuan pemasaran. Pasalnya, melayani pengguna yang lebih biasamungkin akan dapat menempatkan kamera di posisi yang kuat untuk mendominasi pasar secara massal. Dan akhirnya itu bisa dibilang lebih mengesankan daripada memproduksi kamera terbaik di pasaran yang hanya mampu dibeli oleh sedikit orang.

Dengan mempertimbangkan semua itu, ini berpotensi menjadi 'golden hour' bagi Micro Four Thirds. Produk unggulan baru dan menarik di pasar mungkin bisa membuat konsumen mengingat kembali kehebatan format kecil ini. Dan bagaimanapun, ini adalah berita bagus bagi konsumen dan penggemar kamera di seluruh dunia. Pasar yang lebih beragam hampir selalu mengarah pada penurunan harga. Sementara, itu juga dapat memacu produsen untuk lebih memikirkan apa yang penting bagi pengguna yang menggunakan kamera pada kehidupan sehari-hari.

Order Panasonic Lumix GH6 Mirrorless Camera

Oleh Admin - DOSS Camera & Gadget
31 Mei 2021
KOMENTAR
1000 Karakter tersisa
0 Komentar
Belum ada komentar